Thursday, November 8, 2012

Fantasi Seksual Bisa Menambah Gairah Bercinta Wanita

Wanita memang dikenal sulit untuk memperoleh kepuasan lahir batin ketika melakukan aktivitas seksual. Kecenderungannya, wanita akan lebih mudah mendapat kepuasan bercinta jika didorong oleh upayanya sendiri, misalnya lewat fantasi.

Sama halnya dengan yang diungkapkan pakar neurosains Ogi Ogas dan Sai Gaddam dalam bukunya, A Billion Wicked Thoughts. Pria cenderung berfantasi seksual setelah memperoleh rangsangan yang bersifat visual, sedangkan wanita lebih memilih berfantasi tentang apa yang akan dilakukan pasangan padanya.

Ogas dan Gaddam pun memaparkan lima fantasi seksual yang paling banyak dimiliki wanita adalah bercinta dengan orang asing, dipuja-puja di atas ranjang, 'diobrak-abrik' di ranjang, diawasi oleh orang asing dan menikmati threesome. Dengan kata lain, wanita lebih cenderung berfantasi menjadi obyek keinginan orang lain.

Bahkan agar bisa menjadi erotis dan seksi, sebuah studi dari AS menyatakan sedikit berfantasi itu jauh lebih efektif untuk meningkatkan hasrat dan gairah seksual seseorang, ketimbang menggunakan buku atau alat bantu lainnya.

Tim peneliti dari University of Michigan tersebut menunjukkan bahwa berbagai bentuk fantasi seksual dapat memberikan dampak nyata bagi penambahan hasrat dan gairah seksual, terutama pada wanita.

Untuk memastikan temuan itu, peneliti Katherine Goldey dan Sari van Anders secara acak mengelompokkan 128 wanita dan 98 pria ke dalam empat kelompok.

Satu kelompok diminta membayangkan tengah melakukan hubungan seksual biasa. Kelompok satunya terlibat dalam fantasi yang tidak terstruktur (membayangkan situasi seksual tapi tidak menuliskannya), sedangkan kelompok lainnya diminta membaca kisah erotis pilihan peneliti atau ambil bagian dalam latihan biasa (menuliskan kondisi ruangan dimana mereka ditempatkan).

Lalu keseluruhan partisipan dinilai tingkat gairahnya dari kondisi alat kelamin (apa yang dirasakan fisik mereka) dan apakah mereka ingin bercinta atau tidak setelah melakukan eksperimen.

Hasilnya, tiga kelompok pertama dilaporkan mengalami peningkatan gairah pada alat kelamin dan psikologinya, sedangkan kelompok terakhir tak mengalaminya. Tapi kelompok yang terlibat dalam fantasi tak terstruktur dikatakan memiliki gairah tertinggi.

Wanita sendiri dikatakan cenderung memiliki gairah seksual sebagai respons terhadap aktivitas bercinta yang mereka lakukan. Dengan kata lain, mungkin awalnya mereka tak 'mendalami' aktivitas bercinta yang dilakukan tapi gairah dan hasrat seksualnya akan tumbuh seiring dengan berjalannya waktu.

"Lagipula, respons seksual wanita memang dikategorikan sebagai 'gairah responsif', sedangkan pada pria responsnya lebih menjurus ke 'gairah spontan'," kata edukator seks Emily Nagoski, penulis buku Good in Bed Guide to Female Orgasms seperti dilansir CNN, Selasa (6/11/2012).

"'Gairah responsif' itu terjadi ketika motivasi untuk bercinta muncul setelah adanya perilaku seksual. Ketika Anda tengah melakukan sesuatu lalu tiba-tiba pasangan menghampiri dan mencium Anda, Anda pun berpikir, 'Oh iya, ini adalah ide yang bagus,'" terangnya.

Sebaliknya 'gairah spontan' yang biasa terjadi pada pria bekerja dengan cara seperti ini: saat Anda tengah jalan-jalan, tahu-tahu tanpa ada alasan yang jelas Anda berpikir, 'Hm, saya ingin bercinta!'

Kabar baiknya, studi lain mengatakan bahwa aktif berfantasi tentang seks tak hanya dapat digunakan untuk membunuh waktu tapi juga menyebabkan perubahan pada tubuh, dari yang sekedar berpikir tentang seks lalu melakukan sesuatu untuk memenuhi hasrat dan gairah seksualnya.

Fantasi juga merupakan salah satu indikator kehidupan seks yang sehat, apalagi jika Anda membaginya dengan pasangan. Fantasi takkan hanya menyemarakkan aktivitas Anda di atas ranjang tetapi juga membuat Anda merasa lebih percaya diri pada hubungan Anda itu.

Lagipula, banyak pakar yang memastikan bahwa otak adalah organ seks terbesar yang dimiliki manusia. Jadi melatih otak dengan fantasi seksual satu-dua kali dalam sehari dapat membawa kehidupan seksual Anda menjadi luar biasa.

No comments:

Post a Comment